Sejarah Desa
Sejarah mencatat awal berdirinya Desa Salebu, empat tahun sebelum lahirnya Kabupaten Cilacap yaitu 21 Maret 1856. Desa Salebu sudah memiliki pemerintahan pribumi sendiri yaitu pada tahun 1852 dengan Ki Lurah ( kuwu ) H. Ibrahim yang memimpin Desa Salebu. Warga Salebu masih ada keturunan dari trah kerajaan Dayeuh Luhur (th 1475-1831). Pada mulanya warga Desa Salebu hanya terdapat sepuluh rumah penduduk. Ketika Perang Diponegoro terjadi kurun waktu tahun 1825-1830 semua rumah terbakar habis menjadi lebu (abu) kemudian oleh Ki Hajar Sakti yang tidak lain adalah Surandika yang masih keturunan bupati terakhir Kabupaten Dayeuh Luhur Raden tumenggung Prawiranegara, memberi nama padukuhan tersebut dengan nama Salebu.
Sejak itu Padukuhan salebu yang lokasinya sangat strategis dan memiliki kekayaan alam yang melimpah menjadi tujuan utama warga Dayeuh Luhur mencari penghidupan baru dan menetap manjadi penduduk setempat. Hingga pada akhirnya Padukuhan Salebu menjadi sebuah desa yang ramai dan memiliki sebuah padepokan di Gunung Padang sebagai pusat pertumbuhan budaya Sunda dari Jawa yang diberi nama Padepokan Cendana, Ini ditandai dengan adanya patung sapi dan batu yang menunjukan bahwa Padepokan Cendana merupakan peninggalan zaman Hindu. Keramat Cendana Gunung Padang menyampan banyak misteri masa lalu, ini ditandai dengan peninggalan-peninggalan masa lalu seperti:
- Batu Babahanan
- Batu Balai Desa (Pendopo)
- Batu Bedil
- Batu Ranjang
- Batu Tropong
- Air Terjun
- Gua (Liang Biuk)
- Patung Sapi
- Sendang Suci (Pancoran)
Sejarah Desa
Dari cerita-cerita lisan itu diyakini bahwa Desa Salebu termasuk salah satu desa yang keberadaanya sudah cukup tua. Desa Salebu diperkirakan sudah ada pada masa-masa berdirinya Kerajaan Galuh, Jawa Barat pada abad ke – 6.
Karena masuk dalam wilayah Kerajaan Galuh yang berbudaya Sunda, kehidupan masyarakat Desa Salebu pun juga tidak lepas dari pengaruh budaya Sunda itu. Pengaruh paling besar bisa dilihat dari bahasa yang dipakai warga Desa Salebu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Guru Besar Ilmu Linguistik Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung, Prof. Dr. Cece Sobarna, tahun 1989, disimpulkan bahwa bahasa Sunda pernah menjadi bahasa tutur masyarakat Salebu. Nama-nama tempat dan sungai, seperti, Cireang, Cukangawi, Cipancur, Citunggul, Cipeundeuy, Cibrewek, dan lain sebagainya menunjukkan adanya pengaruh kuat bahasa Sunda di Desa Salebu.
Menurut Sobarna, Bahasa Sunda di Desa Salebu termasuk Bahasa Sunda yang tidak mengenal kasar-halus. Masyarakat Salebu menyebutnya dengan istilah bahasa Sunda “badeolan”. Beberapa kosa kata bahasa Sunda di Desa Salebu tidak lagi ditemukan pada pengguna bahasa Sunda yang berada di wilayah Bandung dan sekitarnya (wilayah Priangan), tetapi memiliki banyak kesamaan dengan bahasa Sunda di wilayah Banten.


Silsilah Kepala Desa

1. H. Ibrahim
Kepala Desa Periode
Tahun 1852 – 1895

5. S. Sujangi
Kepala Desa Periode
Tahun 1950 – 1966

2. H. Sukhemi
Kepala Desa Periode
Tahun 1896 – 1938

6. ME. Thohirin
Kepala Desa Periode
Tahun 1968 – 1972

3. Abdul Ghofur
Kepala Desa Periode
Tahun 1939 – 1944

7. Rijoni Ujang
Kepala Desa Periode
Tahun 1972 – 1984

4. Noto Diwiryo
Kepala Desa Periode
Tahun 1945 – 1948

8. Mangudin
Kepala Desa Periode
Tahun 1985 – 1986

9. M. Nuh Nawawi
Kepala Desa Periode
Tahun 1987 – 1993

13. Agus Fauzi
Kepala Desa Periode
Tahun 2019 – sekarang

10. Munawar
Kepala Desa Periode
Tahun 1994 – 2006

11. Khozan Akhmad, S.IP
Kepala Desa Periode
Tahun 2007 – 2012

12. Munawar
Kepala Desa Periode
Tahun 2013 – 2018